Peranan Guru Pendidikan Agama Islam pada dasarnya sama dengan kiprah guru umum lainnya, yakni sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, semoga mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas. Akan tetapi peranan guru pendidikan agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu (transfer of knowledge), ia juga harus menanamkan nilai- nilai agama Islam kepada anak didiknya semoga mereka bisa mengaitkan antara ajaran-ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
Mengacu pada pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2000: 31), dikemukakan bahwa sehubungan dengan peranan guru sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pembimbing”, senantiasa akan menggambarkan teladan tingkah laris yang diharapkan dalam banyak sekali interaksinya, baik dengan siswa, guru maupun dengan staf yang lain, dari banyak sekali acara interaksi berguru mengajar, sanggup dipandang guru sebagai sentral bagi peranannya, alasannya yaitu baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses berguru mengajar dan interaksi dengan siswanya.
Selanjutnya, Syaiful Bahri Djamarah (2000: 37) dalam bukunya yang berjudul “Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, sebut dan menunjukan peranan guru pendidikan agama Islam yaitu menyerupai diuraikan dalam sejumlah kiprah di bawah ini:
1. Korektor
Sebagai korektor, seorang guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, kedua nilai yang tidak sama itu harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat, kedua nilai mungkin anak didik sudah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang tidak sama-beda sesuai dengan sosiokultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan tiruana nilai yang jelek harus disingkirkan dari jiwa dan tabiat anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru sudah mengabaikan peranannnya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi tiruana sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik, koreksi yang harus guru lakukan terhadap perilaku dan sifat anak didik tidak spesialuntuk disekolah, tetapi diluar sekolahpun harus dilakukan.
2. Inspirator
Guru sebagai inspirator, maknanya guru harus sanggup mempersembahkan pandangan gres yang baik bagi kemajuan berguru anak didik, problem berguru yaitu masalah utama anak didik, guru harus sanggup mempersembahkan petunjuk bagaimana cara berguru yang baik, petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara berguru yang baik. Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.
3. Informatory
Sebagai infomatory, guru harus bisa mempersembahkan warta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah materi pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang sudah diprogramkan dalam kurikulum, warta yang baik dan efektif dibutuhkan dari guru. Kesalahan warta yaitu bagaikan sebuah racun bagi anak didik, untuk menjadi informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kunci, yang ditopang dengan penguasaan materi yang akan didiberikan kepada anak didik, informatory yang baik yaitu guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
4. Organisator
Sebagai organisator, yaitu sisi lain dari peranan yang dibutuhkan dari guru, dalam bidang ini guru mempunyai kegiatanpengelolaan acara akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kelender akademik, dan sebagainya, yang tiruananya diorganisasikan sehingga sanggup mencapai efektivitas dan efesiensi dalam berguru pada diri anak didik.
5. Motivator
Sebagai motivator guru hendaknya sanggup mendorong anak didik semoga garang dan aktif belajar, dalam upaya mempersembahkan motivasi, guru sanggup menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas berguru dan menurun prestasinya di sekolah, setiap ketika guru harus bertindak sebagai motivator, lantaran dalam interaksi edukatif tidak tidak mungkin ada diantara anak didik yang malas dan sebagainya.
Motivasi sanggup efektif jikalau dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik untuk lebih garang dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, lantaran menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan keahlian social, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
Guru sebagai motivator hendaknya sanggup mendorong semoga siswa mau melaksanakan acara belajar, guru harus membuat kondisi klas yang merangsang siswa melaksanakan acara belajar, baik acara individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan berguru para sisa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari luar diri siswa.
6. Inisiator
Dalam peranan guru sebagai inisiator, guru harus sanggup menjadi aktivis ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada kini harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, ketrampilan penerapan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai dengan kemajuan media komunikasi dan warta pada ketika ini, khususnya interaksi edukatif semoga lebih baik dari yang doloe-doloe, bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide penemuan bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya sanggup menyediakan kemudahan yang memungkinkan kegampangan acara berguru anak didik, lingkungan berguru yang tidak sangat bahagia, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan dingklik yang berantakan, kemudahan berguru yang kurang tersedia, menjadikan anak didik malas belajar. Oleh lantaran itu menjadi kiprah guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan berguru yang sangat senang anak didik. Guru spesialuntuk berperan sebagai fasilitator, seperi yang diungkapkan Piaget (Paul Suparno, 2001:145) berguru yang baik terletak pada keaktifan siswa dalam membentuk pengetahuan, kiprah guru di sini yaitu sebagai mentor atau fasilitator dan bukan mentrasfer ilmu pengetahuan.
8. Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari tiruana kiprah yang sudah disebutkan di atas, yaitu guru sebagai pembimbing, peranan yang harus lebih dipentingkan, karenakehadiran guru disekolah yaitu untuk membimbing anak didik menjadi insan cukup umur susila yang cakap, tanpa pembimbing, anak didik akan mengalami kesusahan dalam menghadapi perkembangan dirinya, kekurang mampuan anak didik menjadikan lebih banyak tergantung pada menolongan guru, tetapi semakin dewasa, ketergantugan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat dibutuhkan pada ketika anak didik belum bisa bangun sendiri (mandiri).
9. Pengelolaan kelas
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya sanggup mengelola kelas dengan baik, lantaran kelas yaitu daerah berhimpun tiruana anak didik dan guru dalam rangka mendapatkan materi pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat acara pengajaran, anak didik tidak tidak mungkin akan merasa bosan untuk tinggal lebih usang di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif, kelas yang selalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak mengantungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal.
Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan memakai kemudahan kelas bagi majemuk acara berguru mengajar semoga tercapai hasil yang baik dan optimal. Makara maksud dari pengelolaan kelas yaitu semoga anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa berguru di dalamnya.
10. Evaluator
Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan mempersembahkan evaluasi yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik, evaluasi terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik. Berdasarkan hal ini guru harus bisa mempersembahkan evaluasi dalam demensi yang luas, jadi evaluasi itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik semoga menjadi insan susila yang cakap.
Sebagai evaluator, guru tidak spesialuntuk menilai produk hasil pengajaran tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua acara ini akan mendapatkan umpan balik (feed back) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang sudah dilakukan.
Demikian klarifikasi dan sejumlah peranan guru pendidikan agama islam yang sanggup kami share dari beberapa literatur. Semoga menambah wawasan pembaca yang mendalami kiprah guru dalam dunia pendidikan.