Analisa rasio keuangan bank sebagaimana analisa rasio keuangan perusahaan pada umumnya ialah studi wacana gosip yang menggambarkan hubungan diantara banyak sekali akun dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan serta hasil operasional perusahaan. Sumber data yang dipakai untuk melaksanakan analisa rasio keuangan tersebut yakni laporan keuangan yang sudah melalui proses investigasi (Auditing).
Menurut pendapat yang dikemukakan Munawir (2002:64), dijelaskan bahwa rasio keuangan ialah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan sanggup pertanda atau member citra kepada penganalisa wacana baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digambarkan standard.
Menurut pendapat yang dikemukakan Munawir (2002:64), dijelaskan bahwa rasio keuangan ialah rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan sanggup pertanda atau member citra kepada penganalisa wacana baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digambarkan standard.
Dalam pengertian yang kurang lebih sama, Sawir (2001:6) mengemukakan bahwa analisa rasio keuangan ialah analisa yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan yang lainnya, sanggup mempersembahkan citra wacana sejarah perusahaan dan evaluasi posisinya pada saai ini. Kemudian berdasarkan Riyanto (1998:52) menyatakan bahwa rasio ialah alat yang sanggup dipakai untuk pertanda hubungan dua data jikalau dihubungkan dengan problem keuangan maka data tersebut ialah data keuangan. Jadi, apabila hubungan tersebut ialah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos lainnya, atau antara jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan keuntungan rugi atau sebaliknya maka yang timbul ialah rasio keuangan. Rasio keuangan ini berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan atau forum perbankan.
Analisa rasio keuangan dipakai untuk melaksanakan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan keuntungan rugi saja, atau pada neraca dan keuntungan rugi. Setiap analisa keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.
Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai berkaitan dengan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai akan tidak sama dengan evaluasi yang dilakukan oleh calon pemodal.
Perusahaan perbankan memiliki karakteristik yang tidak sama dengan perusahaan lain sehingga rasio keuangannya juga tidak sama dengan perusahaan lainnya. Rasio-rasio keuangan perusahaan perbankan lebih berkaitan dengan kesehatan bank, dimana perusahaan bank sangat terkait dengan pembentukan kepercayaan masyarakat dan melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudentialbanking). Oleh lantaran itu Pemerintah mengeluarkan Peraturan untuk menilai tingkat kesehatan bank yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum.
Berdasarkan peraturan tersebut, maka rasio-rasio yang dipergunakan sebagai dasar evaluasi kesehatan bank disebut dengan rasio CAMEL yang terdiri dari rasio Capital (C), Asset quality (A), Management (M), Earning (E), dan Liquidity (L). Penghitungan dalam analisa rasio keuangan bank dengan metode CAMEL (Dendawijaya, 2005:144) sanggup dijelaskan diberikut ini:
Berdasarkan peraturan tersebut, maka rasio-rasio yang dipergunakan sebagai dasar evaluasi kesehatan bank disebut dengan rasio CAMEL yang terdiri dari rasio Capital (C), Asset quality (A), Management (M), Earning (E), dan Liquidity (L). Penghitungan dalam analisa rasio keuangan bank dengan metode CAMEL (Dendawijaya, 2005:144) sanggup dijelaskan diberikut ini:
a. Capital
Komponen Capital sanggup dihitung dengan memakai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini dipakai sebagai indikator terhadap kemampuan bank menutupi penurunan aktiva akhir terjadinya kerugian-kerugian atas aktivabank dengan memakai modalnya sendiri. CAR ialah perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Komponen Capital sanggup dihitung dengan memakai Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini dipakai sebagai indikator terhadap kemampuan bank menutupi penurunan aktiva akhir terjadinya kerugian-kerugian atas aktivabank dengan memakai modalnya sendiri. CAR ialah perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
ATMR ialah pejumlahan baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang sudah dikalikan bobotnya masing-masing. Pos-pos yang masuk dalam aktiva antara lain kas, emas, giro pada Bank Indonesia, tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, kredit yang disalurkan, penyertaan, aktiva tetap dan inventaris, ruparupa aktiva, akomodasi kredit yang belum digunakan, jaminan bank, dan kewajiban untuk membeli kembali aktiva bank dengan syarat repurchase agreement. Seluruh aktiva tersebut dikalikan dengan bobot risiko yang sudah diputuskan BI kemudian dan disebut dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
b. Asset
Kinerja keuangan dari segi asset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya. Salah satu rasio yang dipakai ialah Return On Risked Asset (RORA). RORA ialah rasio yang membandingkan antara keuntungan kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor ialah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga keuntungan yang diperoleh juga optimal dan besar lengan berkuasa pada kenaikan harga saham.
c. Management
Menurut Riyadi dalam Merkusiwati (2007), aspek administrasi pada evaluasi kinerja bank tidak sanggup memakai contoh yang diputuskan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin. Alasannya, seluruh acara administrasi suatu bank yang mencakup beberapa aspek administrasi permodalan, administrasi kualitas aktiva, administrasi umum, administrasi rentabilitas dan administrasi likuiditas pada kesudahannya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Tingkat kinerja administrasi sanggup diukur dengan penghitungan Net Profit Margin (NPM). NPM ialah rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari acara operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari acara operasionalnya (Payamta dan Machfoedz, 1999:87). NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan membersihkan terhadap penjualan membersihkannya.
Menurut Riyadi dalam Merkusiwati (2007), aspek administrasi pada evaluasi kinerja bank tidak sanggup memakai contoh yang diputuskan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin. Alasannya, seluruh acara administrasi suatu bank yang mencakup beberapa aspek administrasi permodalan, administrasi kualitas aktiva, administrasi umum, administrasi rentabilitas dan administrasi likuiditas pada kesudahannya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Tingkat kinerja administrasi sanggup diukur dengan penghitungan Net Profit Margin (NPM). NPM ialah rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari acara operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari acara operasionalnya (Payamta dan Machfoedz, 1999:87). NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan membersihkan terhadap penjualan membersihkannya.
Menurut Ang (1997:11) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan membersihkan. Nilai NPM berada pada rentang 0 hingga 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penerapan biaya, yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya harga saham.
d. Earning
ROA atau rasio keuntungan membersihkan terhadap total aktiva. Menurut Susilo (2000: 37), ROA ialah rasio yang dipakai untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total assetsnya. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diharapkan untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.
e. Liquidity
Rasio likuiditas (liquidity ratio) sanggup diukur dengan memakai rasio salah satunya ialah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR ialah rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan mempersembahkan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan lantaran jumlah dana yang diharapkan untuk membiayai kredit semakin besar.
ROA atau rasio keuntungan membersihkan terhadap total aktiva. Menurut Susilo (2000: 37), ROA ialah rasio yang dipakai untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total assetsnya. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diharapkan untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.
e. Liquidity
Rasio likuiditas (liquidity ratio) sanggup diukur dengan memakai rasio salah satunya ialah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR ialah rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan mempersembahkan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan lantaran jumlah dana yang diharapkan untuk membiayai kredit semakin besar.
Demikian uraian terkait dengan analisa rasio keuangan bank dengan memakai metode CAMEL. Pahami pula rasio keuangan lainnya dengan membaca: Macam-Macam Rasio Keuangan dan Rumusnya. Semoga bermanfaa.